Latest Post

Kurikulum 2013 - Prinsip Dasar Penyusunan RPP Kurikulum 2013

Saat ini, banyak diantara guru dari semua jenjang pendidikan masih belum paham dalam mempersiapkan perangkat mengajar untuk kurikulum 2013, kecuali sebagian yang telah mengikuti pelatihan (mapel sejarah, matematika dan bahasa Indonesia). Oleh karena perangkat mengajar merupakan komponen penting bagi guru dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, maka perlu kiranya sekolah segera memprogramkan dalam jangka pendek, kegiatan workshop, IHT, semi loka atau yang sejenis.

Dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran, guru perlu memperhatikan beberapa aspek sesuai dengan kurikulum 2013. Dalam hal ini meliputi :


1. Memperhatikan perbedaan individu peserta didik
RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/ atau lingkungan peserta didik.

2. Mendorong partisipasi aktif peserta didik
Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar.

3. Mengembangkan budaya membaca dan menulis
Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan. Dalam hal ini perlu dikedepankan guru dapat memberikan contoh tulisan yang telah dibuat. Inilah tantangan yang cukup berat, masalahnya tidak semua guru terbiasa membuat tulisan.

4. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut
RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remidiasi.

5. Keterkaitan dan keterpaduan
RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.

6. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi 
RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.

Baca Selengkapnya di : http://www.m-edukasi.web.id/2013/07/prinsip-penyusunan-rpp-kurikulum-2013.html

Demikian, semoga dapat menambah wawasan kita terkait dengan kurikulum 2013. Terima kasih.

Kurikulum 2013 - Pendekatan dan Metode Pembelajaran pada Kurikulum 2013

Dalam draft Pengembangan Kurikulum 20013 diisyaratkan bahwa proses pembelajaran yang dikehendaki adalah pembelajaran yang mengedepankan pengalaman personal melalui observasi (menyimak, melihat, membaca, mendengar), asosiasi, bertanya, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan. Disebutkan pula, bahwa proses pembelajaran yang dikehendaki adalah proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered active learning) dengan sifat pembelajaran yang kontekstual. (Sumber: Pengembangan Kurikulum 20013, Bahan Uji Publik, Kemendikbud).

Apakah ini sesuatu yang baru dalam pendidikan kita? Saya meyakini, secara konseptual proses pembelajaran yang ditawarkan dalam Kurikulum 2013 ini bukanlah hal baru. Jika kita cermati  kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum 2006 (KTSP), pada dasarnya menghendaki proses pembelajaran yang sama seperti  apa yang tersurat dalam Kurikulum 2013 di atas. Pada periode KBK dan KTSP, kita telah diperkenalkan atau bahkan kebanjiran dengan aneka konsep pembelajaran mutakhir, sebut saja: Pembelajaran Konstruktivisme, PAKEM, Pembelajaran Kontekstual, Quantum LearningPembelajaran Aktif, Pembelajaran Berdasarkan Masalah, Pembelajaran Inkuiri, Pembelajaran Kooperatif dengan aneka tipenya, dan sebagainya.

Jika dipersandingkan dengan Kurikulum 2013, konsep-konsep pembelajaran tersebut pada intinya tidak jauh berbeda. Permasalahan muncul ketika ditanya, seberapa jauh konsep-konsep pembelajaran mutakhir tersebut telah terimplementasikan di lapangan?

Berikut ini sedikit cerita saya tentang contoh kasus implementasi pembelajaran mutakhir selama periode KBK dan KTSP, yang tentunya tidak bisa digeneralisasikan. Dalam berbagai kesempatan saya sering berdiskusi dengan beberapa teman guru, dengan mengajukan pertanyaan kira-kira seperti ini:

Anggap saja dalam  satu semester terjadi 16 kali pertemuan tatap muka, berapa kali Anda melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan konsep pembelajaran mutakhir?

Jawabannya beragam, tetapi sebagian besar tampaknya cenderung menjawab bahwa pendekatan yang sering digunakan adalah pendekatan pembelajaran konvensional dengan kekuatan intinya pada penggunaan metode ceramah (Chalk and Talk Approach).

Berkaitan dengan permasalahan implementasi pendekatan dan metode pembelajaran mutakhir dalam KBK dan KTSP, setidaknya saya melihat ada 2 (dua) sisi permasalahan yang  berbeda, tetapi tidak bisa dipisahkan:

1.  Masalah keterbatasan keterampilan (kemampuan).

Untuk masalah yang pertama ini dapat dibagi ke dalam dua kategori: (a) kategori berat, yaitu mereka yang menunjukkan ketidakberdayaan. Jangankan untuk mempraktikan jenis-jenis pembelajaran mutakhir, mengenal judulnya pun tidak. Yang ada dibenaknya, ketika mengajar  dia berdiri di depan kelas – atau bahkan hanya duduk di kursi guru- sambil berbicara menyampaikan materi pelajaran mulai dari awal sampai akhir pelajaran, sekali-kali diselingi dengan tanya jawab. Itulah yang dilakukannya secara terus menerus sepanjang tahun;  dan (b) kategori sedang. Relatif lebih baik dari yang pertama, mereka sudah mengetahui jenis-jenis pembelajaran mutakhir tetapi mereka masih mengalami kebingungan dan kesulitan untuk menerapkannya di kelas, mereka bisa mempraktikan satu atau dua metode pembelajaran mutakhir tetapi dengan berbagai kekurangan di sana-sini.

2. Masalah keterbatasan motivasi (kemauan).

Untuk masalah yang kedua ini, pada umumnya dari sisi kemampuan tidak ada keraguan. Mereka sudah memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang pembelajaran mutakhir yang lumayan, tetapi sayangnya mereka kerap dihinggapi penyakit keengganan untuk mempraktikannya. Mereka memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari berbagai pelatihan dan workshop yang diikutinya. Sepulangnya dari kegiatan pelatihan, semangat mereka berkobar-kobar, nge-full bak batere HP yang baru di-charge, tetapi lambat laun semangatnya memudar dan akhirnya padam, kembali menggunakan cara-cara lama. Hasil pelatihan pun akhirnya menjadi sia-sia.

Kembali kepada persoalan Pendekatan dan  Metode Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Pemerintah saat ini telah menyiapkan strategi pelatihan bagi guru-guru untuk kepentingan implementasi Kurikulum 2013 [lihat: Keberhasilan Kurikulum 2013]. Hampir bisa dipastikan, salah satu materi yang diberikan dalam pelatihan ini yaitu berkaitan dengan penguasaan pengetahuan dan keterampilan guru dalam mengembangkan pendekatan dan  metode pembelajaran yang sejalan dengan Kurikulum 2013.

Pelatihan untuk penguatan keterampilan guru tentang teknis pembelajaran memang penting. Kendati demikian saya berharap dalam rangka implementasi Kurikulum 2013 ini, tidak hanya bertumpu pada sisi keterampilan saja, tetapi seyogyanya dapat menyentuh pula aspek motivasional. Dalam arti, perlu ada upaya-upaya tertentu untuk membangun kemauan dan komitmen guru agar dapat menerapkan secara konsisten berbagai pendekatan dan metode pembelajaran yang sejalan dengan tuntutan Kurikulum 2013. Bagi saya, upaya menanamkan dan melanggengkan motivasi dan komitmen ini tidak kalah penting atau bahkan mungkin lebih penting dari sekedar menanamkan kemampuan.

Jika ke depannya kita bisa secara konsisten menerapkan berbagai pendekatan dan metode pembelajaran yang sejalan dengan Kurikulum 2013, niscaya kehadiran Kurikulum 2013 akan lebih dirasakan manfaatnya. Dan tampak disini pula letak perbedaan yang sesungguhnya antara Kurikulum 2013 dengan Kurikulum sebelumnya.  Tetapi jika tidak, lantas apa bedanya antara Kurikulum 2013 dengan Kurikulum sebelumnya?

 

Sumber : berbagai sumber

Kurikulum 2013 Bisa Hentikan Bisnis Buku Tidak Mendidik

TEMPO.CO, Jakarta - Praktek bisnis buku ke sekolah-sekolah ditengarai sudah lama terjadi. Agen penjual saling bersaing mendekati pihak sekolah untuk menggunakan buku dari penerbit tertentu dengan iming-iming tertentu. Penerapan Kurikulum 2013 diharapkan bisa menghentikan praktek tersebut.

"Dalam Kurikulum 2013, sekolah atau guru tidak lagi diwajibkan membuat silabus. Dengan tidak diwajibkan membuat silabus, kewenangan guru untuk menentukan sendiri buku yang akan dipakai tidak ada lagi," kata Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan (Puskurbuk) Depdiknas Ramon Mohandas pada Tempo, Senin, 22 Juli 2013, di ruang kerjanya, Gedung Puskurbuk, Jalan Gunung Sahari, Jakarta Pusat.

Ramon menjelaskan, dalam Kurikulum 2013, tugas menyusun silabus ditarik ke pusat. Konsekuensinya, buku teks pelajaran pun disediakan oleh pusat, sementara guru hanya akan fokus mengajar saja. "Buku pelajaran disediakan dan dicetak oleh dana pemerintah sehingga masyarakat tidak perlu lagi membeli buku," kata Ramon.

Ini berbeda dengan Kurikulum 2006 yang menyebutkan tugas guru di antaranya menyusun silabus. Karena diberi hak menyusun silabus, guru pun diberi kewenangan menentukan sendiri buku pelajaran apa yang ingin digunakan. Kondisi inilah yang bikin runyam. Ditambah lagi, para agen buku menawarkan langsung buku ke sekolah dengan mengiming-imingi guru imbalan tertentu. Ada penerbit yang siap membiayai guru jalan-jalan ke luar negeri jika bukunya dibeli.

Selain penerapan Kurikulum 2013, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 2 Tahun 2008 tentang Buku juga akan diperbaiki. "Kami juga berharap pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang Perbukuan yang kini sedang dibahas di DPR segera dirampung dan disahkan," kata Ramon.

Namun, harapan perbaikan itu bukan tanpa tantangan. "Dengan Kurikulum 2013, pemerintah akan mengadakan buku sendiri, mencetak sendiri, dan membagikan buku secara gratis pada siswa. Jelas ini menimbulkan resistensi tinggi," kata Ramon. Resistensi dari siapa? "Banyak, macam-macam," kata dia tanpa menyebut pihak dimaksud.

Yang jelas, kata dia, resistensi itu datang dari pihak-pihak yang merasa dirugikan dengan penerapan Kurikulum 2013.

sumber : tempo.co

Kurikulum 2013 : Jangan Layu Sebelum Berkembang

Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden Boediono mengingatkan nasib kurikulum 2013 jangan layu sebelum berkembang yang idenya telah disiapkan dengan matang tapi sia-sia tidak mencapai sasaran yang diharapkan kepada anak didik.

"Penyusunan kurikulum 2013 tidak dilakukan secara mendadak, setelah sebelumnya melalui debat dan masukan. Saya termasuk yang mengikuti proses penyusunan kurikulum 2013," kata Boediono saat memberikan pengarahan dalam Pelatihan Instruktur Nasional Implementasi Kurikulum 2013 di Jakarta, Selasa.

Hadir dalam acara itu Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Musliar Kasim, serta 760 instruktur yang terdiri dari guru, kepala sekolah, serta dosen dari seluiruh daerah Indonesia.

Dikatakan Wapres, kurikulum 2013 merupakan hasil kompromi dari berbagai pihak setelah sebelumnya melalui perdebatan panjang, tidak hanya di pemerintahan tapi juga masyarakat.

Ia menilai debat dan masukan soal kurikulum 2013 dinilai masih wajar sebagai upaya untuk mendapatkan hasil terbaik bagi upaya memberikan kurikulum bagi anak didik.

"Dalam debat ada berbagai mazhab yang memberi masukan tapi semua berupaya memberikan yang terbaik dan akhirnya bisa mencapai suatu kesepakatan," katanya.

Wapres tidak menginginkan debat yang berkepanjangan justru akan menjadikan anak didik menjadi korban.

"Penyusunan kurikulum juga tidak tergesa-gesa karena nanti hasilnya tidak bagus yang pada akhirnya malah merugikan guru dan anak didik," kata Boediono.

Wapres juga mengingatkan kepada para instruktur kurikulum 2013 agar jangan sampai salah menyampaikan materi kurikulum kepada guru yang akan dilatih.

"Dalam ilmu komunikasi biasanya ketika penyampaian informasi sudah melalui beberapa pihak, maka pihak terakhir akan salah memperoleh informasi. Saya harap hal itu tidak terjadi," kata Wapres.

Musliar Kasim mengatakan seluruh instruktur yang ikut dalam pelatihan tersebut sebelumnya mengikuti pratest untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan menjadi instruktur kurikulum 2013.

"Mereka telah terdidik dan sudah mendapatkan materi-materi kurikulum 2013. Diharapkan mereka nantinya menularkan kepada guru di daerah masing-masing," katanya.

Wamendikbud mengatakan kurikulum 2013 akan dilakukan pada tahun ajaran 2013/2014 yang dimulai serentak 15 Juli 2013.

Sumber : www.antaranews.com
 
Support : Creating Website | Web Template
Copyright © 2011. KURIKULUM 2013 - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger