Home » » Kurikulum 2013 Bisa Hentikan Bisnis Buku Tidak Mendidik

Kurikulum 2013 Bisa Hentikan Bisnis Buku Tidak Mendidik

TEMPO.CO, Jakarta - Praktek bisnis buku ke sekolah-sekolah ditengarai sudah lama terjadi. Agen penjual saling bersaing mendekati pihak sekolah untuk menggunakan buku dari penerbit tertentu dengan iming-iming tertentu. Penerapan Kurikulum 2013 diharapkan bisa menghentikan praktek tersebut.

"Dalam Kurikulum 2013, sekolah atau guru tidak lagi diwajibkan membuat silabus. Dengan tidak diwajibkan membuat silabus, kewenangan guru untuk menentukan sendiri buku yang akan dipakai tidak ada lagi," kata Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan (Puskurbuk) Depdiknas Ramon Mohandas pada Tempo, Senin, 22 Juli 2013, di ruang kerjanya, Gedung Puskurbuk, Jalan Gunung Sahari, Jakarta Pusat.

Ramon menjelaskan, dalam Kurikulum 2013, tugas menyusun silabus ditarik ke pusat. Konsekuensinya, buku teks pelajaran pun disediakan oleh pusat, sementara guru hanya akan fokus mengajar saja. "Buku pelajaran disediakan dan dicetak oleh dana pemerintah sehingga masyarakat tidak perlu lagi membeli buku," kata Ramon.

Ini berbeda dengan Kurikulum 2006 yang menyebutkan tugas guru di antaranya menyusun silabus. Karena diberi hak menyusun silabus, guru pun diberi kewenangan menentukan sendiri buku pelajaran apa yang ingin digunakan. Kondisi inilah yang bikin runyam. Ditambah lagi, para agen buku menawarkan langsung buku ke sekolah dengan mengiming-imingi guru imbalan tertentu. Ada penerbit yang siap membiayai guru jalan-jalan ke luar negeri jika bukunya dibeli.

Selain penerapan Kurikulum 2013, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 2 Tahun 2008 tentang Buku juga akan diperbaiki. "Kami juga berharap pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang Perbukuan yang kini sedang dibahas di DPR segera dirampung dan disahkan," kata Ramon.

Namun, harapan perbaikan itu bukan tanpa tantangan. "Dengan Kurikulum 2013, pemerintah akan mengadakan buku sendiri, mencetak sendiri, dan membagikan buku secara gratis pada siswa. Jelas ini menimbulkan resistensi tinggi," kata Ramon. Resistensi dari siapa? "Banyak, macam-macam," kata dia tanpa menyebut pihak dimaksud.

Yang jelas, kata dia, resistensi itu datang dari pihak-pihak yang merasa dirugikan dengan penerapan Kurikulum 2013.

sumber : tempo.co
Share this article :
 
Support : Creating Website | Web Template
Copyright © 2011. KURIKULUM 2013 - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger