Latest Post
Showing posts with label Tentang Kurikulum 2013. Show all posts
Showing posts with label Tentang Kurikulum 2013. Show all posts

KURIKULUM 2013 : 80 Persen SD Percontohan di Solo Sudah Terapkan Kurikulum Baru

Solopos.com, SOLO – Implementasi Kurikulum 2013 sudah dilaksanakan 80% pada 12 SD percontohan di Kota Solo. Hal itu berdasarkan evaluasi penerapan Kurikulum 2013 oleh pengawas sekolah pada 2-7 September lalu.

Berdasarkan data yang dihimpun Solopos.com di Bidang Pendidikan Dasar (Dikdas) Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kota Solo, Jumat (13/9/2013), evaluasi dilaksanakan selama enam hari pada 12 SD percontohan di Kota Solo.
Tim evaluasi terdiri dari pengawas sekolah dari UPTD Disdikpora Kecamatan yang disilang pada setiap kecamatan. Monitoring tersebut meliputi lima poin utama yakni implementasi Kurikulum 2013, supervisi standarisasi penilaian hasil belajar bagi satuan pendidikan dan bagi siswa, pelaksanaan pembelajaran Kurikulum 2013, observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran, dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

Kasi Kurikulum Dikdas SD Disdikpora Solo, Tatik Sudiarti, mengatakan dari hasil monitoring tersebut, diketahui masih adanya kesulitan dari pihak guru kelas dalam melakukan penilaian kepada siswa. Pasalnya, saat penerapan Kurikulum KTSP, penilaian secara kuantitatif sementara Kurikulum 2013 penilaian secara kualitatif per individu. Menurutnya, aspek penilaian tergolong hal baru bagi guru sehingga guru harus menyesuaikan.

“Guru masih perlu memperdalam proses penilaian hasil belajar siswa, karena rata-rata masih kesulitan dalam melakukan penilaian,” terang Tatik kepada wartawan di ruang kerjanya, Jumat.

Meski demikian, lanjutnya, secara keseluruhan hasil monitoring tersebut cukup bagus yakni 80% Kurikulum 2013 telah diimplementasikan. Menurutnya, dari lima poin di atas rata-rata telah dipenuhi oleh setiap sekolah percontohan. Terlebih dalam observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran terlihat para siswa terlibat penuh dalam proses pembelajaran.
“Pada dasarnya proses pembelajaran hampir sama. Bahkan siswa bisa merespon materi pengait dari guru untuk menyampaikan materi secara keseluruhan,” paparnya.

Lebih lanjut, Tatik mengatakan pihaknya akan mengadakan sharing dengan guru pada 12 sekolah percontohan untuk mengetahui kesulitan yang dihadapi dalam menerapkan Kurikulum 2013.

Monitoring 12 SD Percontohan Kurikulum 2013 tersebut meliputi SDN Tempel, SDN Bayan, SDN Bulukantil, SD Islam Al Abidin, SD Warga, SDN Begalon II, SD Muhammadiyah Program Khusus (PK), SDN Kleco I, SDN Kanisius Keprabon I, SD Muhammadiyah 24, SD Al Irsyad dan SDN Kratonan III.

sumber : solopos.com

Kurikulum 2013 Dinilai Tidak Sesuai dengan Pendidikan Dasar

PURBALINGGA, suaramerdeka.com - Sejumlah pendidik mengeluhkan kurikulum 2013 yang dianggap tidak sesuai dengan karakter siswa, sehingga siswa kesulitan dalam menyerap materi yang disampaikan. Penerapan kurikulum 2013 dimaksudkan untuk memberi jawaban terhadap beberapa permasalahan yang melekat pada kurikulum 2006 atau lebih dikenal Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006.

Di Purbalingga sendiri dari 466 SD, baru ada tiga SD sebagai sekolah piloting yang menyelenggarakan kurikulum 2013 yakni SDN 1 Bedagas, SDN 1 Cendana dan SDN 1 Kembaran Kulon.

Salah satu guru kelas I SDN Bedagas, Sudjarwi mengaku masih kesulitan beradaptasi dengan hal-hal teknis, khususnya terkait teknis pembelajaran. Menurutnya, karakter anak didik, khususnya di kelas I masih masih terbawa suasanab PAUD. Hal tersebut menimbulkan kesulitan tersendiri pada guru untuk melaksanakan pembelajaran kurikulum baru.

Dijelaskan Sudjarwi, pada penerapan Kurikulum 2013 siswa diharuskan lebih aktif dan mandiri. penerapan kurikulum 2013 ditekankan pada nilai-nilai yang berbasis tematik. Sehingga materi-materi yang diajarkan disesuaikan dengan tema yang ada. "Mereka kebanyakan masih belum dapat mandiri sepenuhnya, padahal adaptasi siswa dengan hal yang baru membutuhkan waktu," ungkapnya.

Berbeda dengan kurikulum lama yang tidak berbasis tematik, ada materi khusus mengenai baca tulis, sehingga perkembangan anak dalam hal baca tulis dapat terlihat jelas. Saat ini materi itu tidak ada. "Untuk kurikulum 2013 sendiri, materi baca tulis tidak diajarkan secara khusus, karena materi yang diajarkan disesuaikan dengan tema. Namun demikian, tetap ada meteri yang berkaitan dengan dasar-dasar seperti baca tulis," tegasnya.

Disampaikan Sudjarwi, kendala itu kemungkinan sama seperti yang dihadapi oleh para guru di sekolah piloting lainya. "Siswa kelas I masih belum lancar membaca dan solusinya kita juga harus mengajari belajar membaca dan sampai sekarangpun mereka belum dapat membedakan tema dalam setiap pembelajaran," tegasnya.

Sementara itu, guru Kelas IV SDN Cendana, Anjar Sosiadi mengatakan, kendala ada pada implementasi Kurikulum 2013 ketika siswa tidak memiliki sifat kemandirian penuh. Maka mereka akan mengalami kesulitan dalam beradaptasi. Karena seperti diketahui bahwa dalam penerapan kurikulum baru ini mengharuskan siswa lebih kreatif dan inisiatif. "Guru sebenarnya dalam hal ini seharusnya memiliki kedudukan sebagai pendamping, bukan pengajar," ujarnya.

sumber : www.suaramerdeka.com

Kurikulum 2013 : Jangan Paksa Diri demi Kurikulum 2013

BANDUNG, KOMPAS.com — Sekolah atau daerah tidak boleh memaksakan pelaksanaan Kurikulum 2013 secara mandiri tahun ini jika justru membebani murid atau orangtua murid, terutama dalam hal pengadaan buku. Sebelum mandiri, guru perlu dilatih dulu. Buku pun sudah harus tersedia gratis.

Hal itu ditegaskan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh seusai menghadiri grand launching Universitas Telkom, Sabtu (31/8), di Bandung, Jawa Barat. ”Tidak boleh membebani murid. Itu sangat dilarang,” ujarnya.

Sebelum memutuskan melaksanakan Kurikulum 2013 secara mandiri, sekolah yang tak termasuk sasaran pelaksana tahun ini diimbau menyiapkan diri secara matang untuk tahun depan. Jika masih ingin melaksanakan mandiri, Nuh menegaskan ada dua syarat utama: guru harus dilatih dan buku tersedia gratis.

”Kalau dua syarat ini tak dapat dipenuhi, jangan dipaksakan. Saya menyambut baik ada niatan ikut melaksanakan kurikulum. Mau saja lumayan,” katanya.

Sebelumnya, saat rapat kerja Implementasi Kurikulum 2013 di SMAN Husni Thamrin Jakarta, Sabtu pagi, Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Taufik Yudi Mulyanto mengatakan, DKI Jakarta secara resmi telah membatalkan rencana pelaksanaan Kurikulum 2013 secara mandiri khusus di jenjang SD dan SMP. Untuk SMA, rencana pelaksanaan mandiri tetap berjalan. Kebijakan ini sudah dipublikasikan ke sekolah-sekolah.

Alasan pembatalan, ujar Taufik, semata masalah alokasi anggaran pengadaan buku. Ia khawatir dana bantuan operasional sekolah (BOS) tak mencukupi sehingga dikhawatirkan sekolah memungut biaya dari murid. Dana tak cukup untuk membiayai pelatihan guru dan pengadaan buku. Rencana pengadaan buku secara digital juga tidak efektif karena hanya 50 persen sekolah yang memiliki infrastruktur teknologi informasi yang baik.

”Ini untuk mengantisipasi pungutan yang bisa dilakukan sekolah. Larangan ini tidak berlaku untuk SMA karena BOS untuk SMA lebih besar, Rp 1 juta per tahun,” kata Taufik.

Menurut Nuh, tak masalah jika ada daerah atau sekolah yang kemudian membatalkan kesanggupannya untuk implementasi mandiri. Untuk kasus DKI Jakarta, pemerintah setempat sudah menyatakan tak sanggup karena Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tak mencukupi jika digunakan untuk pelatihan guru dan pengadaan buku.

”Tidak apa-apa kalau tidak bisa. Yang penting tetap menyiapkan diri untuk penerapan tahun depan, seperti melatih guru. Ini jalan yang dipilih DKI Jakarta. Masih banyak yang bisa jalan mandiri, seperti Kutai, Kalimantan Timur, dan sekolah swasta,” kata Nuh.
Tanggung bersama

Pada tahap pertama tahun ini, pelaksanaan Kurikulum 2013 dilakukan bertahap dan terbatas di sekitar 6.400 sekolah. Namun, mulai tahun depan semua sekolah harus menyelenggarakan Kurikulum 2013. Skema pembiayaannya dibahas di DPR.

Ada tiga pilihan skema pembayaran. Pertama, semua biaya didanai Kemdikbud. Kedua, kombinasi anggaran Kemdikbud dengan sebagian dana transfer daerah yang setiap tahun sekitar Rp 10 triliun. Ketiga, memanfaatkan kombinasi pusat, dana alokasi khusus, dan BOS. Atau keempat, memanfaatkan APBD masing-masing daerah.

”Yang jelas, pemerintah pusat tak akan lepas tangan. Pelatihan guru tetap dilakukan pusat. Yang kira-kira bisa dibagi dengan daerah itu bagian pengadaan buku,” kata Nuh. (LUK).

Sumber : www.kompas.com

KURIKULUM 2013 - Takut Tertinggal, Sekolah jadi Berlomba-lomba Terapkan Kurikulum 2013

Jakarta - Sekretaris Jenderal (Sekjen) FSGI, Retno Listyarti mengatakan, sekolah-sekolah yang bukan sasaran Kurikulum 2013 belakangan berlomba-lomba mengajukan diri untuk menerapkan Kurikulum 2013 secara mandiri. Sementara di sisi lain menurutnya, ada sekolah yang enggan menerapkan, namun dipaksa oleh dinas pendidikan setempat lewat Nota Kesepahaman (MoU).
"Ini membahayakan. Apakah lulusan Kurikulum 2013 lebih baik daripada Kurikulum 2012? Akibatnya, orang-orang berpikir mau melakukan karena takut siswanya ketinggalan," tandas Retno, di Jakarta, Selasa (6/8).

Retno mengatakan, pemerintah harus konsisten mengawasi sekolah-sekolah yang mengimplementasikan kurikulum itu secara mandiri. Pemerintah pusat menurutnya juga harus mewaspadai inisiatif daerah untuk melaksanakan Kurikulum 2013 sebagai sebuah "proyek" semata.
"Banyak sekolah sebenarnya tidak mengerti, tapi dipaksa oleh dinas pendidikan," katanya.
Terkait evaluasi Kurikulum 2013, Retno menegaskan bahwa pemerintah juga harus menyiapkan mekanisme evaluasi untuk sekolah yang menerapkan Kurikulum 2013 secara mandiri. Apalagi menurutnya, sekolah yang ingin menerapkan Kurikulum 2013 secara mandiri itu kini semakin banyak.

Diketahui, pada tahun ini, implementasi Kurikulum 2013 hanya dilakukan pada 6.326 sekolah sasaran jenjang SD, SMP, SMA/SMK, di 295 kabupaten/kota di 33 provinsi. Sementara, Data Kemdikbud juga menyebutkan, ada 1.006 sekolah, ditambah sejumlah sekolah di 14 kabupaten/kota dan Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), yang mengajukan diri untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013 secara mandiri.

Sumber : www.beritasatu.com

Kurikulum 2013 - Prinsip Dasar Penyusunan RPP Kurikulum 2013

Saat ini, banyak diantara guru dari semua jenjang pendidikan masih belum paham dalam mempersiapkan perangkat mengajar untuk kurikulum 2013, kecuali sebagian yang telah mengikuti pelatihan (mapel sejarah, matematika dan bahasa Indonesia). Oleh karena perangkat mengajar merupakan komponen penting bagi guru dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, maka perlu kiranya sekolah segera memprogramkan dalam jangka pendek, kegiatan workshop, IHT, semi loka atau yang sejenis.

Dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran, guru perlu memperhatikan beberapa aspek sesuai dengan kurikulum 2013. Dalam hal ini meliputi :


1. Memperhatikan perbedaan individu peserta didik
RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/ atau lingkungan peserta didik.

2. Mendorong partisipasi aktif peserta didik
Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar.

3. Mengembangkan budaya membaca dan menulis
Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan. Dalam hal ini perlu dikedepankan guru dapat memberikan contoh tulisan yang telah dibuat. Inilah tantangan yang cukup berat, masalahnya tidak semua guru terbiasa membuat tulisan.

4. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut
RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remidiasi.

5. Keterkaitan dan keterpaduan
RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.

6. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi 
RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.

Baca Selengkapnya di : http://www.m-edukasi.web.id/2013/07/prinsip-penyusunan-rpp-kurikulum-2013.html

Demikian, semoga dapat menambah wawasan kita terkait dengan kurikulum 2013. Terima kasih.

Kurikulum 2013 - Pendekatan dan Metode Pembelajaran pada Kurikulum 2013

Dalam draft Pengembangan Kurikulum 20013 diisyaratkan bahwa proses pembelajaran yang dikehendaki adalah pembelajaran yang mengedepankan pengalaman personal melalui observasi (menyimak, melihat, membaca, mendengar), asosiasi, bertanya, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan. Disebutkan pula, bahwa proses pembelajaran yang dikehendaki adalah proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered active learning) dengan sifat pembelajaran yang kontekstual. (Sumber: Pengembangan Kurikulum 20013, Bahan Uji Publik, Kemendikbud).

Apakah ini sesuatu yang baru dalam pendidikan kita? Saya meyakini, secara konseptual proses pembelajaran yang ditawarkan dalam Kurikulum 2013 ini bukanlah hal baru. Jika kita cermati  kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum 2006 (KTSP), pada dasarnya menghendaki proses pembelajaran yang sama seperti  apa yang tersurat dalam Kurikulum 2013 di atas. Pada periode KBK dan KTSP, kita telah diperkenalkan atau bahkan kebanjiran dengan aneka konsep pembelajaran mutakhir, sebut saja: Pembelajaran Konstruktivisme, PAKEM, Pembelajaran Kontekstual, Quantum LearningPembelajaran Aktif, Pembelajaran Berdasarkan Masalah, Pembelajaran Inkuiri, Pembelajaran Kooperatif dengan aneka tipenya, dan sebagainya.

Jika dipersandingkan dengan Kurikulum 2013, konsep-konsep pembelajaran tersebut pada intinya tidak jauh berbeda. Permasalahan muncul ketika ditanya, seberapa jauh konsep-konsep pembelajaran mutakhir tersebut telah terimplementasikan di lapangan?

Berikut ini sedikit cerita saya tentang contoh kasus implementasi pembelajaran mutakhir selama periode KBK dan KTSP, yang tentunya tidak bisa digeneralisasikan. Dalam berbagai kesempatan saya sering berdiskusi dengan beberapa teman guru, dengan mengajukan pertanyaan kira-kira seperti ini:

Anggap saja dalam  satu semester terjadi 16 kali pertemuan tatap muka, berapa kali Anda melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan konsep pembelajaran mutakhir?

Jawabannya beragam, tetapi sebagian besar tampaknya cenderung menjawab bahwa pendekatan yang sering digunakan adalah pendekatan pembelajaran konvensional dengan kekuatan intinya pada penggunaan metode ceramah (Chalk and Talk Approach).

Berkaitan dengan permasalahan implementasi pendekatan dan metode pembelajaran mutakhir dalam KBK dan KTSP, setidaknya saya melihat ada 2 (dua) sisi permasalahan yang  berbeda, tetapi tidak bisa dipisahkan:

1.  Masalah keterbatasan keterampilan (kemampuan).

Untuk masalah yang pertama ini dapat dibagi ke dalam dua kategori: (a) kategori berat, yaitu mereka yang menunjukkan ketidakberdayaan. Jangankan untuk mempraktikan jenis-jenis pembelajaran mutakhir, mengenal judulnya pun tidak. Yang ada dibenaknya, ketika mengajar  dia berdiri di depan kelas – atau bahkan hanya duduk di kursi guru- sambil berbicara menyampaikan materi pelajaran mulai dari awal sampai akhir pelajaran, sekali-kali diselingi dengan tanya jawab. Itulah yang dilakukannya secara terus menerus sepanjang tahun;  dan (b) kategori sedang. Relatif lebih baik dari yang pertama, mereka sudah mengetahui jenis-jenis pembelajaran mutakhir tetapi mereka masih mengalami kebingungan dan kesulitan untuk menerapkannya di kelas, mereka bisa mempraktikan satu atau dua metode pembelajaran mutakhir tetapi dengan berbagai kekurangan di sana-sini.

2. Masalah keterbatasan motivasi (kemauan).

Untuk masalah yang kedua ini, pada umumnya dari sisi kemampuan tidak ada keraguan. Mereka sudah memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang pembelajaran mutakhir yang lumayan, tetapi sayangnya mereka kerap dihinggapi penyakit keengganan untuk mempraktikannya. Mereka memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari berbagai pelatihan dan workshop yang diikutinya. Sepulangnya dari kegiatan pelatihan, semangat mereka berkobar-kobar, nge-full bak batere HP yang baru di-charge, tetapi lambat laun semangatnya memudar dan akhirnya padam, kembali menggunakan cara-cara lama. Hasil pelatihan pun akhirnya menjadi sia-sia.

Kembali kepada persoalan Pendekatan dan  Metode Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Pemerintah saat ini telah menyiapkan strategi pelatihan bagi guru-guru untuk kepentingan implementasi Kurikulum 2013 [lihat: Keberhasilan Kurikulum 2013]. Hampir bisa dipastikan, salah satu materi yang diberikan dalam pelatihan ini yaitu berkaitan dengan penguasaan pengetahuan dan keterampilan guru dalam mengembangkan pendekatan dan  metode pembelajaran yang sejalan dengan Kurikulum 2013.

Pelatihan untuk penguatan keterampilan guru tentang teknis pembelajaran memang penting. Kendati demikian saya berharap dalam rangka implementasi Kurikulum 2013 ini, tidak hanya bertumpu pada sisi keterampilan saja, tetapi seyogyanya dapat menyentuh pula aspek motivasional. Dalam arti, perlu ada upaya-upaya tertentu untuk membangun kemauan dan komitmen guru agar dapat menerapkan secara konsisten berbagai pendekatan dan metode pembelajaran yang sejalan dengan tuntutan Kurikulum 2013. Bagi saya, upaya menanamkan dan melanggengkan motivasi dan komitmen ini tidak kalah penting atau bahkan mungkin lebih penting dari sekedar menanamkan kemampuan.

Jika ke depannya kita bisa secara konsisten menerapkan berbagai pendekatan dan metode pembelajaran yang sejalan dengan Kurikulum 2013, niscaya kehadiran Kurikulum 2013 akan lebih dirasakan manfaatnya. Dan tampak disini pula letak perbedaan yang sesungguhnya antara Kurikulum 2013 dengan Kurikulum sebelumnya.  Tetapi jika tidak, lantas apa bedanya antara Kurikulum 2013 dengan Kurikulum sebelumnya?

 

Sumber : berbagai sumber

Kurikulum 2013 : Jangan Layu Sebelum Berkembang

Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden Boediono mengingatkan nasib kurikulum 2013 jangan layu sebelum berkembang yang idenya telah disiapkan dengan matang tapi sia-sia tidak mencapai sasaran yang diharapkan kepada anak didik.

"Penyusunan kurikulum 2013 tidak dilakukan secara mendadak, setelah sebelumnya melalui debat dan masukan. Saya termasuk yang mengikuti proses penyusunan kurikulum 2013," kata Boediono saat memberikan pengarahan dalam Pelatihan Instruktur Nasional Implementasi Kurikulum 2013 di Jakarta, Selasa.

Hadir dalam acara itu Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Musliar Kasim, serta 760 instruktur yang terdiri dari guru, kepala sekolah, serta dosen dari seluiruh daerah Indonesia.

Dikatakan Wapres, kurikulum 2013 merupakan hasil kompromi dari berbagai pihak setelah sebelumnya melalui perdebatan panjang, tidak hanya di pemerintahan tapi juga masyarakat.

Ia menilai debat dan masukan soal kurikulum 2013 dinilai masih wajar sebagai upaya untuk mendapatkan hasil terbaik bagi upaya memberikan kurikulum bagi anak didik.

"Dalam debat ada berbagai mazhab yang memberi masukan tapi semua berupaya memberikan yang terbaik dan akhirnya bisa mencapai suatu kesepakatan," katanya.

Wapres tidak menginginkan debat yang berkepanjangan justru akan menjadikan anak didik menjadi korban.

"Penyusunan kurikulum juga tidak tergesa-gesa karena nanti hasilnya tidak bagus yang pada akhirnya malah merugikan guru dan anak didik," kata Boediono.

Wapres juga mengingatkan kepada para instruktur kurikulum 2013 agar jangan sampai salah menyampaikan materi kurikulum kepada guru yang akan dilatih.

"Dalam ilmu komunikasi biasanya ketika penyampaian informasi sudah melalui beberapa pihak, maka pihak terakhir akan salah memperoleh informasi. Saya harap hal itu tidak terjadi," kata Wapres.

Musliar Kasim mengatakan seluruh instruktur yang ikut dalam pelatihan tersebut sebelumnya mengikuti pratest untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan menjadi instruktur kurikulum 2013.

"Mereka telah terdidik dan sudah mendapatkan materi-materi kurikulum 2013. Diharapkan mereka nantinya menularkan kepada guru di daerah masing-masing," katanya.

Wamendikbud mengatakan kurikulum 2013 akan dilakukan pada tahun ajaran 2013/2014 yang dimulai serentak 15 Juli 2013.

Sumber : www.antaranews.com

Kurikulum 2013 : Beberpa Sekolah ikut Uji Coba Kurikulum 2013

CILEGON - Dinas Pendidikan (Dindik) Cilegon dipastikan akan mengikuti pola kurikulum 2013. Namun begitu, hanya 17 sekolah saja yang akan mengikuti pelaksanaan kurikulum terbaru tersebut.

Belasan sekolah ini telah ditentukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), yakni lima Sekolah Menengah Atas (SMA), lima Sekolah Menengah Pertama (SMP), serta tujuh Sekolah Dasar (SD). “Ini sudah ditentukan pusat, kami tinggal menjalankannya saja,” kata Sekretaris Dindik Cilegon Nikmatullah.

Selain itu, tidak semua kelas di sekolah yang ditunjuk Kemendikbud melaksanakan kurikulum baru tersebut. Nikmatullah menjelaskan, pada SD hanya kelas I dan IV saja yang akan mengikuti kurikulum 2013. Sementara pada SMP hanya akan diikuti kelas VII, dan SMA diikuti murid kelas X. “Semuanya masih dalam tahap percontohan, atau bisa dikatakan masih uji coba,” katanya.

Kurikulum 2013 memang telah menjadi pembahasan Kemendikbud sejak akhir tahun lalu. Kurikulum ini akhirnya disetujui 27 Mei lalu untuk diberlakukan pada 15 Juli mendatang. Kemendikbud pun menggelontorkan Rp829 miliar dana dari APBN untuk program ini. Di mana 6.325 sekolah ditunjuk untuk uji coba kurikulum tersebut.

“Kurikulum ini muncul lantaran KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang sebelumnya digunakan mengundang kritikan. Makanya di ubah dengan kurikulum terbaru ini,” kata Kepala Dindik Cilegon Muhtar Gozali.

Ia mengatakan, Kurikulum 2013 lebih condong kepada pendidikan berbasis teknologi informasi dan komputerisasi. Untuk itu, pada pelaksanaannya hanya bisa dilakukan sekolah yang telah didukung dengan sarana pendukung yang lengkap. “Saat ini baru beberapa sekolah yang memiliki sarana pendukung lengkap. Kedepan, semua sekolah akan dilengkapi sarana yang memadai agar bisa melaksanakan Kurikulum 2013,” ungkap Muhtar.

Guru-guru pun, lanjut Muhtar, tengah dipersiapkan untuk bisa melaksanakan kurikulum ini. Pihaknya telah beberapa kali mengirimkan sejumlah guru untuk mengikuti workshop Kurikulum 2013. “Ini agar para guru siap untuk mengajar dengan pola kurikulum terbaru ini,” katanya.

Pada bagian lain, Ketua Komisi II DPRD Cilegon Muhamad Tahyar berharap Dindik Cilegon serius menyambut pelaksanaan Kurikulum 2013. “Kurikulum ini telah melalui kajian para pakar dan ahli. Makanya Dindik harus serius menyambut kurikulum terbaru ini. Apalagi program ini menggunakan anggaran APBN,” katanya. (quy/del)
 
Sumber: www.jpnn.com

Kurikulum 2013 : Download Buku Pegangan Guru Kurikulum 2013

Buku pegangan Kurikulum 2013 sekarang dapat diakses dan di download secara online. Kepala Unit Implementasi Kurikulum Pusat, Kemdikbud Tjipto Sumadi mengatakan, buku pegangan Kurikulum 2013 dapat diakses melalui laman Rumah Belajar dengan alamat http://belajar.kemdikbud.go.id. 

"Naskah buku pegangan sudah siap, setelah nanti diserahkan ke percetakan, akan dipublikasikan juga di Rumah Belajar," ujar Tjipto Sumadi dihubungi Rabu (12/6),di Jakarta.

Menurut Tjipto buku pegangan Kurikulum 2013 yang akan diupload ke dalam laman Rumah Belajar tersebut buku pegangan untuk siswa dan guru. Bentuk file buku pegangan Kurikulum 2013 tersebut berbentuk pdf.

Tjipto pun mempersilahkan guru dan siswa mengakses dan mencetak file pdf buku pegangan Kurikulum 2013. "Hanya saja dalam penggunaannya terutama buku pegangan guru harus mengikuti pelatihan terlebih dahulu," ujarnya.

Dia menuturkan, dalam implementasi Kurikulum 2013 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) akan mencetak buku dan membagikan secara gratis, sebanyak jumlah peserta didik sasaran implementasi. Buku pegangan terdiri dari buku pegangan untuk siswa dan buku pegangan guru.

"Naskah buku-buku tersebut telah selesai," kata Tjipto. Seperti telah diberitakan sebelumnya, untuk jenjang SD kelas 1 disiapkan sebanyak 10 buku untuk dua semester.

Untuk kelas 1 ada sebanyak delapan buku tema ditambah dengan buku agama. Namun, buku yang dicetak saat ini baru untuk semester 1 sebanyak 5 buku masing-masing terdiri atas satu buku agama dan empat buku tema.

Adapun buku untuk jenjang SMP meliputi agama, PKN, bahasa Indonesia, matematika, IPA, IPS, seni budaya, prakarya, bahasa Inggris, serta pendidikan jasmani, olah raga, dan kesehatan. 
Sementara untuk jenjang SMA ada sembilan mata pelajaran yang wajib, tetapi yang dicetak baru tiga mata pelajaran yaitu sejarah, bahasa Indonesia, dan matematika.

Sekolah Boleh Ajukan Penerapan Kurikulum 2013 pada Sekolahnya

JAKARTA, KOMPAS.com - Meskipun penerapan Kurikulum 2013 pada Juli mendatang baru ditetapkan untuk 6.325 sekolah yang tersebar di 295 kabupaten/ kota, sekolah lain yang berminat juga boleh melaksanakan kurikulum baru tersebut. Namun, pemerintah menetapkan sejumlah syarat bagi sekolah yang bukan sasaran jika berminat menerapkan Kurikulum 2013 pada tahun ajaran baru nanti.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh dalam surat edarannya kepada kepala dinas pendidikan provinsi/ kabupaten/kota di seluruh Indonesia, Rabu (5/6), menyatakan, sekolah yang tidak termasuk sekolah sasaran untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013 bisa menerapkan secara mandiri. Namun, pelaksanaannya harus di bawah koordinasi dinas pendidikan daerah.

Oleh karena itu, dinas pendidikan di daerah diminta mendaftarkan sekolah yang berminat menerapkan Kurikulum 2013 melalui laman http://kurikulum.kemdikbud.go.id paling lambat 14 Juni. Dalam pendaftaran, dinas pendidikan diminta memperhatikan soal ketersediaan guru, akreditasi, dan waktu persiapan yang memadai.

Sekolah yang melaksanakan Kurikulum 2013 secara mandiri menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Anggaran pengadaan buku siswa dan guru ditanggung pemerintah daerah. Demikian juga pelatihan guru secara mandiri bisa dilakukan dengan anggaran sendiri, tetapi tetap berkoordinasi dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk penyediaan instruktur yang diperlukan.

Penerapan Kurikulum 2013 tahun ini dimulai untuk kelas I dan IV SD, kelas VII SMP, dan kelas X SMA/SMK.

Meskipun persiapan Kurikulum 2013 dikritik karena terkesan dipaksakan, Nuh mengatakan, implementasi pengganti Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 ini siap sesuai jadwal.

Budiyanto, Kepala Seksi Kurikulum dan Penilaian Bidang SMP/SMA DKI Jakarta, akhir pekan lalu, mengatakan, DKI Jakarta siap melaksanakan Kurikulum 2013. Semua sekolah di DKI Jakarta diminta menerapkan Kurikulum 2013 pada tahun ajaran baru nanti.

Sementara itu, Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Sulistyo mengatakan, sampai sekarang Kurikulum 2013 belum jelas wujudnya karena dokumen resminya belum beredar di kalangan praktisi pendidikan. (ELN)

Kurikulum 2013 relevan diterapkan di Indonesia untuk 20 tahun ke depan

TEMPO.CO , Jakarta:Wakil menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Pendidikan, Musliar Kasim menjamin Kurikulum 2013 relevan diterapkan di Indonesia untuk 20 tahun ke depan. Ia mengatakan dalam penyusunannya, kurikulum ini sudah dipersiapkan untuk menghadapi arus globalisasi. Ia mengatakan, pendidikan di Indonesia saat ini dinilai terlalu menitik beratkan pada aspek kognitif dan beban siswa dianggap terlalu berat. “Kurang bermuatan karakter,” kata Musliar di kantornya, Rabu, 29 Mei 2013.

Ia menjelaskan, dalam penyusunannya, kurikulum ini melibatkan banyak pihak. Yaitu ahli dari berbagai perguruan tinggi dan banyak guru. “Kami pilih orang-orang terbaik, dari mana saja,” kata Musliar.

Musliar kemudian menjelaskan, pembuatan buku dan pelatihan guru yang dilakukan langsung oleh Kemendikbud juga akan menjamin kualitas dari kurikulum ini. Ia menjelaskan, penyusunan buku dan pelatihan melibatkan guru, dosen dan narasumber terbaik. “Guru dan dosennya yang pernah ikut pelatihan dari AUSAID dan USAID,” kata dia.

Pelatihan guru ini, kata dia, akan dilakukan untuk mengubah cara berfikir guru dalam menyampaikan materi ke siswa. “Selain itu juga akan ada materi motivasi untuk guru melibatkan Rhenald kasali,” kata dia menjelaskan. Dalam anggaran pelaksanaan kurikulum, pelatihan guru menelan biaya hingga Rp 521 miliar.

Kemendikbud akan menerapkan Kurikulum 2013 ini pada tahun ajaran baru 15 Juli 2013 mendatang. Tidak seluruh sekolah di Indonesia dijadikan sasaran implementasi. Hanya 6.325 sekolah yang akan menerapkan kurikulum ini tahun ajaran baru mendatang. Namun Kemendikbud menolak menyebut ini uji coba. Musliar menyebutnya sebagai penerapan bertahap.

sumber : tempo.co

Alasan Penghapusan TIK di Kurikulum 2013

Focus Group Discussion (FGD) Indopos –JPNN.com dan Sekolah Guru Indonesia (SGI) Dompet Dhuafa mengupas seputar Guru, antara Perjuangan dan Revolusi Teknologi Informasi. Diskusi ini mengupas berbagai persoalan pendidikan, terutama kesiapan para guru dalam menghadapi revolusi teknologi informasi.
Dari diskusi ini, terungkap sejumlah persoalan serius yang mengemuka. Tidak hanya mempertanyakan profesionalisme guru, tetapi juga Uji Kompetensi Guru (UKG) online, yang servernya ngadat hingga tidak adanya listrik sampai pada pertanyaan menghilangnya mata pelajaran TIK di Kurikulum 2013. Berikut laporan yang akan ditulis bersambung mulai hari ini.

Mula-mula diskusi berlangsung adem ayem. Apalagi, pembawaan pemateri pertama Moch Abduh Zen  tampak kalem dan datar-datar saja. Kepala Litbang Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) ini didaulat tampil sebagai pemateri pembuka oleh Retno Listyarti, Sekjen Serikat Guru Indonesia (FSGI). Sebelumnya, moderator diskusi Ariyanto yang juga Redpel Indopos memberikan kesempatan pertama kepada Retno.

Entah karena apa, Retno justru melempar kesempatan pertamanya kepada Abduh. Aksi Retno disambut senyum oleh Abduh, kemudian disambut tawa peserta diskusi. Maklum, kedua tokoh guru ini berasal dari dua wadah guru yang berbeda yang dikenal selalu bersaing. Abduh dari PGRI dan Retno sekjen FSGI.

’’Mungkin karena saya dianggap senior, jadi saya yang harus duluan,’’ kata Abduh membuka pembicaraan. FGD yang kali ini mengupas seputar profesionalisme guru di era digital ini juga menampilkan pembicara lain, seperti Praktisi Pendidikan Itje Khodijah, Asep Sapa’at dari Sekolah Guru Indonesia (SGI) Dompet Dhuafa, Obert Hoseanto dari Microsoft dan Agus Rachman, Kasubid Pusat Pengembangan Profesi Pendidik, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Juga ada Praktisi Standardisasi Nosa Kurniawan.

Abduh Zen mengakui, kemajuan teknologi informasi telah mengubah sikap dan cara berpikir anak didik. Karena, saat ini siapa pun termasuk anak-anak sudah terbuka akses informasi maupun komunikasi yang nyaris tanpa batas. ’’Karena itu, sebaiknya anak-anak itu harus dibekali keterampilan mendasar, keterampilan berpikir maupun keterampilan berkomunikasi dalam menghadapi kemajuan teknologi,’’ kata Abduh.

Anak-anak, kata Abduh, sebaiknya sudah ditanamkan keterampilan kognitif (cognitive skills) yakni keterampilan berpikir ala pakar. Mereka memiliki kemampuan bukan saja merekam data atau fakta di sekelilingnya, tapi  juga bagaimana mengelola data itu, kemudian dipergunakan untuk memecahkan masalah yang belum ada formulanya.

Selanjutnya, interpersonal skills, yakni anak harus punya kemampuan komunikasi yang baik agar bisa meyakinkan orang terhadap apa yang dia sampaikan. Ketiga adalah kemampuan internal personal, kemampuan  dalam berkomuikasi dengan dirinya sendiri. ”Jadi anak perlu dibekali ketahanan mental, sehingga bisa mengelola gejala psikologis yang timbul dalam dirinya.”

Tentu saja, lanjut Abduh, untuk pembekalan ketiga hal mendasar itu, mau tidak mau akan melibatkan bagaimana gurunya mengajar. Ia lantas menyebut dalam UU Sisdiknas, bahwa dalam UU itu guru ditempatkan sebagai fasilitator. Artinya, guru harus mampu menciptakan suasana proses pembelajaran agar siswa aktif mengembangkan dirinya. Ini pembelajaran active learning. Tetapi, praktiknya memang belum sepenuhnya dilakukan.

’’Inilah yang menurut saya harus menjadi fokus perhatian profesionalisme guru bagi pemerintah. Tapi sampai hari ini proyek-proyek profesionalisme guru baru sibuk menguji kompetisi awal, kompetensi akhir, memetakan, tapi sampai kapan akan terimplementasi dalam dunia pendidikan saya belum tahu,’’ ujarnya.


Lain lagi penampilan Sekjen FSGI Retno Listyarti. Seperti biasa Retno selalu tampil semangat dan energik. Ini sangat kontras dengan penampilan pemateri pertama Abduh Zen yang datar-datar saja. Secara lantang, Retno menyebut pemaksaan gagasan yang mengacu pada teknologi justru menjadi akar banyak masalah di dunia pendidikan Indonesia.

Menurut dia, anak-anak harus dididik sesuai era zamannya. Namun sayangnya pemerintah belum mampu melakukannya. ’’Seharusnya, para penentu kebijakan pendidikan itu mampu merumuskan kecakapan apa yang dibutuhkan di masa mendatang,  agar setelah itu para siswa bisa dibekali,’’ kata Retno.

Retno sependapat dengan Abduh, bahwa diera digital ini siswa memiliki cara belajar yang berbeda dengan gurunya. ’’Karena sebagian besar guru yang saat ini mengajar, mereka lahir di saat dunia pendidikan masih bergelut dengan peralatan analog. Tetapi, sekarang mereka harus mengajar anak didik yang lahir dengan pertumbuhan era digital yang begitu pesat,” papar Retno.

Ia menilai para pembuat kebijakan politik tidak pernah seiring dengan kebijakan pendidikan. Saat ini, seharusnya pemerintah menyiapkan infrastruktur teknologi sebagai penunjang pendidikan di era digital. ‘’Terutama dalam ketersediaan listrik. Karena ternyata di Jawa saja, masih ada daerah yang sampai sekarang belum terjamah listrik.”

Sementara, dalam beberapa kebijakan pendidikan pemerintah selalu mengacu kepada teknologi. Namun, di lain pihak masih banyak infrastruktur penunjang teknologi seperti listrik, yang belum ada.  Dia mencontohkan wilayah di Pandeglang, Banten. Salah satu pelosok, yang sebenarnya tidak terlalu jauh dari Jakarta.

Namun, di sana masih ada sejumlah sekolah yang belum teraliri Listrik. ’’Kalau di Pandeglang saja belum ada listrik, lalu bagaimana yang di Wai kanan Lampung? Ini sangat ironis, karena pemerintah sekarang menuntut guru harus berhadapan dengan teknologi, tetapi fasilitas masih banyak yang belum memadai,’’ ujarnya.

Retno kemudian mengkritisi kebijakan Uji Kompetensi Guru (UKG) Online. ’’Kalau listrik saja masih byar pet, atau bahkan belum ada, bagaimana para gurunya bisa ikut UKG Online,’’ ujar Retno. ’’Kebijakannya sudah online, tetapi kebijakan pendidikan belum berorientasi online. Ini kan ironis.’’

Berawal dari situ, Retno lantas menyebut sejumlah kebijakan pendidikan yang diterapkan pemerintah sudah usang. Tak ayal juga kurikulum 2013 yang terbaru, dan mulai akan diterapkan pada tahun ajaran 2013/14 mendatang. “Menurut saya, kurikulum 2013 itu sudah basi. Karena di kurikulum itu justru menghapus mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK),” ujarnya.

Menurut Retno, penghapusan mata pelajaran TIK sungguh sangat bertentangan dengan tuntutan zaman. ’’Ini kebijakan aneh. Di saat para guru dihadapkan dengan revolusi teknologi informasi, justru pelajaran itu dihapus.’’

Persoalan penghapusan mata pelajaran TIK tidak berhenti di sini saja. Tetapi, nasib para guru TIK juga dipertanyakan Retno. Karena, tidak sedikit guru-guru TIK terutama di kota-kota besar banyak yang sudah kompeten di bidang ini. ’’Terus mau dikemanakan guru-guru TIK ini?”

Karena tidak ada kejelasan, lanjut Retno, dengan penghapusan mata pelajaran TIK  ini, para guru-guru TIK harus mengajar yang bukan pada bidangnya. ’’Tetap, apa ya mungkin, seorang guru TIK harus mengajar olah raga, hanya karena mata pelajarannya dihapus. Dan kalau pun ini bisa terjadi, bisa dibayangkan bagaimana kualitas guru itu. Dan ini bisa terjadi, karena tidak ada pilihan. Karena pilihannya antara menganggur, atau berpaling dipaksa mengajar mata pelajaran lain. (fat/jpnn)
sumber : jpnn.com
 
Support : Creating Website | Web Template
Copyright © 2011. KURIKULUM 2013 - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger