Latest Post

Buku Kurikulum 2013 Dicetak Setiap Tahun

JAKARTA (Pos Kota) – Pemerintah akan mencetak buku teks pelajaran kurikulum 2013 setiap tahun. Sebab buku teks pelajaran khususnya untuk jenjang sekolah dasar (SD) berlaku sekali pakai.
 
“Jadi  pencetakan buku teks pelajaran ini akan dilakukan setiap tahun,” kata Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan Pengembangan Kemdikbud Ramon Mohandas kemarin.
 
 Menurut Ramon pemerintah akan mencetak buku dan dibagikan kepada sebanyak jumlah peserta didik dan diberikan secara gratis. “Orang tua tidak akan dibebani. Dicetak gratis,” lanjutnya. Untuk jenjang SD  kelas 1 disiapkan sebanyak 10 buku yang digunakan selama dua semester. Dengan rincian 8 buku tema dan dua buku agama.
 
Saat ini pemerintah melalui Kemendikbud sudah mencetak 5 buku untuk semester 1, dimana 4 buku tema dan 1 buku agama. Buku-buku tersebut diberikan kepada siswa dan bisa dicorat-coret. Adapun buku untuk jenjang SMP/MTs meliputi agama, PKN, bahasa Indonesia, matematika, IPA, IPS, seni budaya, prakarya, bahasa Inggris, serta pendidikan jasmani, olah raga, dan kesehatan. Sementara untuk jenjang SMA/MA ada sembilan mata pelajaran yang wajib, tetapi yang dicetak baru tiga mata pelajaran yaitu sejarah, bahasa Indonesia, dan matematika.
 
Sementara itu Wakil Mendikbud Musliar Kasim menyebutkan, sasaran implementasi Kurikulum 2013 pada tahap awal akan diberlakukan pada 6.325 sekolah untuk jenjang SD, SMP, SMA, dan SMK di 295 kabupaten/kota di 33 provinsi.
 
Rinciannya untuk SD diterapkan di 2.598 sekolah kelas 1 dan 4, sedang pada jenjang SMP sebanyak 1.436 sekolah untuk kelas 7. Sementara untuk SMA sebanyak 1.270 sekolah dan SMK pada 1.021 sekolah untuk kelas 10. Jumlah anggaran implementasi Kurikulum 2013 sebanyak Rp 829 miliar.
 
Adapun kriteria sekolah sasaran, kata dia, adalah kesiapan sekolah, yang ditandai dengan akreditasinya dan sekolah eks RSBI (Rintisan Sekolah Berstandar Internasional). “Diutamakan sekolah akreditasi A, tetapi untuk menjangkau dan proporsional diambil akreditasi B,” pungkasnya. (inung/d)

sumber : poskotanews.com


Pantau Pelaksanaan Kurikulum 2013

JAKARTA - Kurikulum 2013 yang masih menjadi pro dan kontra kini pelaksanaannya bisa dipantau secara online oleh masyarakat. Penerapan implementasi Kurikulum 2013 pun dimulai Tahun Pelajaran 2013/2014 pada 15 Juli mendatang.

Nah, bagi kalian yang masih ragu dengan pelaksanaan kurikulum ini, bisa langsung memantau implementasi pelaksanaan kurikulumnya dengan mengakses secara online melalui laman kurikulum.kemdikbud.go.id.

"Informasi mengenai perkembangan kurikulum bisa dilihat di Sistem Elektronik Pemantauan Implementasi Kurikulum (SEPIK) 2013," kata Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendikbud) Bidang Pendidikan Musliar Kasim, dilansir dari situs resmi Setkab, Kamis (6/6/2013).

Musliar juga menyampaikan, pengadaan tender buku Kurikulum 2013 saat ini telah selesai dilaksanakan dan pemenangnya sudah diumumkan. "Insya Allah kalau Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) sudah disetujui atau keluar dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu) akan segera dilakukan kontrak dengan pemenang tender," katanya.

Adapun sasaran implementasi Kurikulum 2013 sebanyak 6.325 sekolah untuk jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK di 295 kabupaten/kota di 33 provinsi. Sementara anggaran implementasi Kurikulum 2013 sebanyak Rp829 miliar.

Sementara kriteria sekolah sasaran yang akan melaksanakan Kurikulum 2013 ini harus memenuhi kesiapan sekolah, yang ditandai dengan akreditasinya dan sekolah eks Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI).

"Diutamakan sekolah akreditasi A, tetapi untuk menjangkau dan proporsional diambil akreditasi B," kata Wamendikbud.

Menurut Musliar, pelatihan guru yang akan mengajarkan Kurikulum Baru ini dilakukan secara bertingkat mulai dari melatih instruktur nasional, guru inti, dan guru sasaran.

Pelatihan untuk guru sasaran, akan dilakukan saat liburan sekolah supaya tidak mengganggu aktivitas sekolah. "Untuk instruktur nasional dilakukan 24 Juni," ujar Wamendikbud.

PTK sasaran yang dilatih total sebanyak 74.289 orang meliputi instruktur nasional sebanyak 572, guru inti 4.740, pengawas inti 565, dan guru sasaran 55.762. Kemudian untuk pengawas sasaran 6.325 dan kepala sekolah sasaran 6.325.

sumber : okezone.com

PKS Tolak Kurikulum 2013

PKS tolak Kurikulum 2013
REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) M Nuh menegaskan bahwa para wakil rakyat dari mayoritas parpol dapat menerima penerapan Kurikulum 2013, kecuali PKS yang menolaknya.

"Saya tidak habis pikir, karena PKS itu partai koalisi, padahal PDIP yang oposisi justru menerima tanpa catatan, apalagi Kurikulum 2013 juga menekankan kompetensi sikap," katanya di Surabaya, Ahad (2/6).

Ia mengemukakan hal itu saat menyampaikan orasi ilmiah dalam rangka Dies Natalis ke-25 Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) yang dihadiri ratusan mahasiswa. Dalam orasi ilmiah yang juga dihadiri Rektor Unair, Rektor ITS, Direktur PENS, Direktur PPNS, dan Direktur Poltera (Politeknik Negeri Madura) itu, ia mengaku tidak mempersoalkan penolakan PKS itu.

"Itulah politik, saya tidak mempersoalkan penolakan PKS terhadap kurikulum yang menekankan kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan, karena mayoritas parpol menilai kurikulum yang bagus," katanya.

Ia mengaku parpol yang menerima penerapan Kurikulum 2013 antara lain Partai Demokrat, PKB, Gerindra, Partai Golkar, Hanura, dan sebagainya. "Cuma, Golkar mendukung dengan catatan. Kalau PKS menolak, saya tidak tahu kepentingan di balik itu. Wallohu alam. Yang jelas, tiga kompetensi itu sesuai ajaran Nabi Muhammad yakni tilawah, tazkiyah, dan ta'alim," katanya.

Selain menekankan tiga kompetensi (sikap, pengetahuan, dan keterampilan) itu, Kurikulum 2013 juga merupakan jawaban terhadap era global, karena kurikulum baru itu menumbuhkan kreativitas. "Kurikulum 2013 itu mencetak orang kreatif, karena jawaban soal dalam kurikulum baru itu tidak tunggal. Kalau prinsip begitu yang diterapkan, maka kita akan hormat kepada perbedaan," katanya.

Esensi lain dari Kurikulum 2013 adalah moralitas. "Kita mementingkan landasan moral, karena itu Kurikulum 2013 menambah jam mata pelajaran agama dari dua jam menjadi empat jam, apalagi kurikulum baru itu juga menyajikan pelajaran budi pekerti.

sumber : www.republika.co.id

10 Alasan Kurikulum 2013 Sulit Diimplementasikan

10 Alasan Kurikulum 2013 Sulit Diimplementasikan
Banyak kalangan pendidikan menyatakan “Permasalahan mendasar kegagalan implementasi kurikulum ada pada proses pembelajaran di kelas”. Silabus sebagai pengejawantahan kurikulum agar guru melakukan proses pembelajaran di kelas, memegang peranan yang sangat penting.

Dalam kerangka implementasi kurikulum 2013 di uji publik, silabus akan disiapkan Kemendikbud dengan menyusun buku panduan guru. Silabus yang disiapkan akan disusun berdasarkan tema dan berisikan kompetensi dasar, indikator, kegiatan pembelajaran dan penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar.

Melihat contoh silabus yang diberikan di uji publik, dapat dicermati sebagai berikut:

1. Pembagian alokasi waktu yang “glondongan” disetiap minggu 35 menit x 30 jam pelajaran, berpotensi membingungkan para guru. Guru mesti merancang pembelajaran yang runut untuk menyampaikan kompetensi disetiap harinya. Kerunutan penyampaian kompetensi tersebut, sebuah sistematika agar siswa tidak menerima materi yang meloncat-loncat, kurang fokus pada tema dan guna memenuhi ketuntasan kompetensi.

2. Indikator yang dibuat tertulis miskin variasi. Terlihat jumlah indikatornya saja yang banyak, tetapi sebetulnya sama, hanya objek dari materinya saja yang berlainan.

3. Indikator untuk setiap kompetensi dasar, kebanyakan masih dalam satu ranah pembelajaran saja. Bagaimana mungkin siswa bisa membedakan karakteristik fisiknya dengan karakteristik orang-orang disekitarnya, tanpa dia mengenal terlebih dahulu elemen pembentuk karakteristik fisik dirinya, temannya, keluarganya dan sebagainya.

4. Setiap kompetensi dasar belum secara holistik diukur pada domain sikap, ketrampilan dan pengetahuan. Misalnya: Kompetensi mendengarkan (B. Indonesia), yang diukur “Bagaimana siswa bersikap dan mengambil sikap duduk dalam mendengarkan”. Itu berarti siswa bisa menjaga ketenangan dan duduk dengan baik pun akan dinilai baik, walau pikirannya kemana-mana dan tidak bisa mengungkapkan lagi apa yang dibicarakan?!

5. Ketidak sesuaian indikator dan kompetensi dasar, seperti pada kompetensi dasar PPKn tertulis “Menyajikan kebersamaan … dst” dengan indikator yang dipilih ada 3 dan sama semua, yaitu “Menyebutkan sikap kebersamaan … dst”

6. Kegiatan pembelajaran dan penilaian yang tiba-tiba muncul, seperti “Di dalam kelompok siswa menyebutkan alasan pentingnya mandi, potong kuku dan gosok gigi” walaupun tidak ada kompetensi dasar yang dapat dikaitkan dengan kegiatan tersebut. Kalau memang kegiatan ini merupakan perwujudan dari kompetensi dasar PPKn “Mengetahui tata tertib … dst”, perlu dikhawatirkan, para siswa akan melakukan mandi, potong kuku dan gosok gigi karena aturan (paksaan eksternal) bukan tumbuh dari kesadaran kebutuhan kesehatan dirinya.

7. Sebenarnya Kemendikbud sudah memiliki identifikasi dan melatih banyak guru tentang model-model pembelajaran. Ada puluhan model pembelajaran, tetapi dalam contoh silabus di uji publik, tak satupun model pembelajaran digunakan. Mengapa? Dikhawatirkan pelatihan guru dan kurikulum ini tidak nyambung dan akhirnya guru sendirilah yang harus menyambungkan.

8. Kegiatan pembelajaran belum mengidentifikasikan siswa bisa belajar dengan menyenangkan. Padahal bagian ini bisa digunakan sekolah untuk mengarahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas yang menyenangkan. Di bagian ini bisa ditulis model-model pembelajaran dan kegiatannya di kelas. Misalnya: Model belajar dengan Sing a Song yang kegiatan belajarnya siswa bernyanyi “dua mata saya” disetai menunjukkan anggota badan yang sesuai. Model belajar permainan Angin Bertiup dengan kegiatan belajarnya siswa berpindah bila karakteristik individu yang disebutkan guru ada pada dirinya. Dan lain sebagainya.

9. Belum adanya elemen penilaian dari setiap kompetensi dasar. Apalagi di kurikulum ini yang akan dinilai banyak berkaitan dengan sikap. Contohnya, elemen penilaian untuk mengetahui seberapa baik siswa sudah memiliki sikap khusuk dalam berdoa. Apabila elemen penilaian ini diserahkan kepada guru untuk merancangnya, bisa saja guru menetapkan bermacam-macam elemen penilaian, misalnya: Saat berdoa siswa tidak bicara dengan temannya, tidak senyum-senyum sendiri, atau siswa berdoa mesti terharu dan sambil mengeluarkan air mata.

10. Belum ada identifikasi tentang siapa yang menilai hasil belajar siswa. Padalah dalam penilaian otentik, tidak mesti guru yang menilai, semua pemangku kepentingan bisa terlibat dalam penilaian. Dengan demikian, dikhawatirkan implementasi kurikulum baru akan berakhir seperti kurikulum sebelumnya yang lebih mementingkan angka dari penilaian test. Bagaimana mungkin “Siswa terbiasa berdoa sebelum dan sesudah belajar” hanya di nilai di sekolah saja. Apakah belajar itu hanya ada di sekolah? Tentunya tidak!
Mengingat banyaknya ketidak-konsistensian dalam silabus yang ditawarkan, Kemendikbud perlu kerja keras untuk menuntaskan perubahan kurikulum ini. Menurut jadwal, kegiatan setelah uji publik adalah sosialisasi dan pelatihan implementasi kepada para guru. Mungkin dari pengalaman yang lalu perlu ada pembahuruan cara, mengingat sudah banyaknya pelatihan yang diberikan namun manfaatnya tetap seperti yang kita rasakan bersama.

Buku Kurikulum 2013 Rawan Molor

JAKARTA - Rangkaian implementasi kurikulum baru, khususnya pengadaan buku untuk siswa rawan molor. Penyebabnya adalah sampai saat ini anggaran kurikulum baru senilai Rp 829 miliar masih diblokir Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Padahal target pencetakan buku semakin mepet.

Menurut informasi yang berhasil dikumpulkan, jadwal penandatangan kontrak dengan pemenang tender pengadaan dan pendistribusian buku kurikulum baru adalah 7 Juni mendatang.

Posisi anggaran yang masih berstatus diblokir tadi, membuat percetakan peserta tender was-was. Mereka cemas jika kasus keterlambatan percetakan naskah ujian nasional (unas) 2013 terjadi kembali dalam pengerjaan buku kurikulum baru ini.

Selain beban mencetak buku, pertimbangan lain adalah urusan distribusi. Sekolah-sekolah sasaran kurikulum baru pada umumnya tidak terlalu jauh dengan bandara. Tetapi dalam kondisi tertentu, Kemendikbud diharapkan memiliki space waktu khusus untuk pertimbangan darurat.

Lelang pengadaan buku kurikulum baru dan pendistribusiannya untuk jenjang SD terbagi menjadi 5 paket plus satu paket untuk guru. Untuk jenjang SMP ada 17 paket dan jenjang SMA/SMK ada 14 paket (lihat grafis). Sejatinya anggaran untuk kurikulum baru ini sudah disetujui Komisi X DPR. Tetapi persetujuan itu tidak serta-merta membuka gembok blokir di Kemenkeu.

Sebagai catatan, jadwal tanda tangan kontrak tender percetakan dan distribusi unas sejatinya dilaksanakan Februari lalu. Tetapi gara-gara anggaran unas diblokir Kemenkeu, tanda tangan baru bisa dijalankan pertengahan Maret. Akibat penundaan itu, pengerjaan naskah terlambat dan berdampak pada penundaan unas SMA/sederajat di 11 provinsi.

Mendikbud Mohammad Nuh menanggapi enteng mepetnya jadwal penandatangan kontrak ini dengan posisi anggaran yang masih belum dicairkan. "Lapo kesusu-susu (Kenapa tergesa-gesa, red), intinya tanggal 7 Juni kan batas akhir cairnya anggaran," ujar Nuh.

Pihak Kemendikbud mungkin tidak mengamati kesibukan di Kemenkeu. Saat ini kementerian sekaligus bendahara negara itu sedang mengurusi APBNP 2013 bersama DPR.

Nuh masih optimis implementasi kurikulum baru berjalan sesuai dengan jadwal. Khusus untuk urusan buku, minimal sudah harus sampai di sekolah pada Juli nanti. Bertepatan dengan awal tahun ajaran 2013-2014. Sambil mempersiapkan pengadaan buku, Nuh menuturkan pelatihan guru juga digarap. "Supaya tidak mengganggu pembelajaran, pelatihan guru ini dipaskan dengan libur kenaikan kelas," kata dia.

Seperti diketahui sekolah sasaran implementasi kurikulum baru terus mengalami pengeprasan. Jumlah finalnya adalah, kurikulum baru jenjang SD diterapkan untuk kelas I dan IV di 2.589 unit sekolah dengan bobot 351.995 siswa.

Jenjang SMP diterapkan untuk 1.436 unit sekolah, jenjang SMA di 1.270 unit sekolah, dan SMK di 1.021 unit sekolah (masing-masing untuk kelas I). Pada umumnya sekolah sasaran kurikulum baru ini adalah sekolah bekas RSBI atau yang telah terakreditasi A. (wan)

sumber : jpnn.com

Daftar Sekolah Pelaksana Kurikulum 2013

kurikulum baru
Simpang siur tentang pelaksanaan kurikulum 2013 terjawab sudah setelah DPR menyetujui anggaran pelaksanaan kurikulum 2013 tersebut. Sebagai tindak lanjutnya pihak Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan akan segera melaksanakan pelatihan untuk instruktur nasional kurikulum 2013 akan dilakukan pada minggu ke-2 Juni hingga awal Juli. Instruktur nasional tersebut setelah dilatih selama satu minggu akan melatih guru inti.
Pelatihan terhadap guru-guru pelaksana kurikulum 2013 akan dilakukan secara bertahap. Guru inti yang telah dilatih oleh instruktur nasional selama satu minggu, nantinya akan melatih guru-guru di sekolah sasaran di minggu berikutnya. Tidak hanya guru, Kepala Sekolah dan pengawas juga akan dilatih. Setelah jalani pelatihan, guru-guru pelaksana kurikulum 2013 tetap mendapat pendampingan selama mengajar satu semester.
Secara detail tentang daftar PTK sasaran dan waktu pelaksanaan pelatihan kurikulum 2013 sebagai berikut :
sepik1
Kemudian mengenai sekolah-sekolah pelaksana kurikulum 2013 ini sejumlah 2.598 untuk tingkat SD,1.436 untuk tingkat SMP dan 1.270 untuk tingkat SMA. Sehingga total sekolah pelaksana kurikulum 2013 pada tahun ajaran 2013/2014 ada 5.304 sekolah. Sedangkan untuk SMK pada tahun ajaran 2013/2014 ini belum melaksanakan kurikulum 2013. Daftar sekolah-sekolah tersebut selengkapnya dapat dilihat pada alamat kurikulum.kemendikbud.go.id.
Semoga saja pelaksanaan kurikulum baru ini dapat berjalan dengan baik dan sukses, walaupun dalam pelaksanaan ini seolah-olah sedikit dipaksakan dan tergesa-gesa.

apakah sekolah anda termasuk ?
 
Support : Creating Website | Web Template
Copyright © 2011. KURIKULUM 2013 - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger